Selamat Datang

Selamat Datang
Lumayan

Cari Blog Ini

Rabu, 18 Agustus 2010

'BADAI TROFIS DAN KESIAPAN PEMDA'

Perubahan iklim sekarang ini menjadi bahaya laten di setiap Negara, perubahan suhu akibat penebangan hutan dan gas emisi yang membentuk rumah kaca di atmosfir, semua itu berawal dari kita yang tidak memperhatikan lingkungan hidup baik menyuarakan keprihatinan dan kebijakkkan yang tidak berpihak pada kelestarian alam .

Potensi bencana setiap wilayah pasti ada, bentuk bencana berupa letusan gunung berapi, gempa bumi, sunami, banjir bandang bahkan bencana asap akibat kebakaran hutan, Pantauan bencana sudah harus di prediksi setiap wilayah dalam upaya mengatasi serta mengurangi kerugian harta benda dan persoalan kemanusiaan yang menjadi akibat bencara, semua agar beban hidup para korban yang tertimpa musibah dapat diringankan.

Indonesia khususnya Kalimantan barat merupakan wilayah trofis, berdasarkan Laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tropical Cyclone Service Areas, Tropical cyclones develop over tropical waters around Indonesia during the warmer months, mostly November to April. BMG provides warning services for these cyclones. Warnings are issued for land-based communities under threat and for mariners. Routine outlooks are also issued during the cyclone season.(Http://www.bmkg.go.id/).
Persiapan pemerintah daerah untuk mengantisifasi terhadap bencana alam yang terjadi mutlak harus dipersiapkan sedemikian rupa dalam bentuk blueprint penanggulan bencana sebagai upaya pertama penyelamatan warga Kalbar dari korban nyawa dan harta seminimal mungkin, sehingga bencana kemanusiaan dapat tertanggulangi secara mandiri sebagai bukti kesiapan pemerintah daerah.

POTENSI-POTENSI BENCANA ALAM.

Kalimantan barat sebagian wilayah kabupaten berada di pesisir pantai dan sungai , diantaranya yatu Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten kubu Raya, Kota singkawang dan Kabupaten Sambas, dimana wilayah ini berpotensi mengalami banjir yang sangat parah karena letaknya berada dibibir pantai dan muara sungai.

Beberapa kasus yang belum begitu parah dalam artian banjir bandang yang menerpa Kalimantan barat bersifat bahaya nasional belum terjadi, namun tanda-tanda dari banjir sudah nyata di depan mata, contoh kasus kami sebutkan di bawah ini sebagai berikut:

1. 2008. Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), lumpuh akibat banjir setinggi satu hingga 1,5 meter.
2. Sanggau(12-1-2009) Jalur akses darat antarnegara yang menghubungkan Kalimantan Barat-Serawak terputus akibat banjir yang makin meluas. Di empat kecamatan di perbatasan Kalbar terisolasi dan terancam kekurangan bahan makanan.
3. Pontianak,TRIBUN (Selasa 13 januari 2009) Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalimantan Barat, Hazairin mengatakan, 35 ribu hektare lahan pertanian berupa padi, jeruk, palawija dan sayur-sayuran di provinsi itu terkena banjir dalam berbagai peristiwa sejak 1 Desember 2008 - 13 Januari 2009.


KETIDAK SIAPAN PEMERINTAH DAERAH MENGAHADAPI BENCANA BANJIR.

Telah di pertunjukkan kepada kita dan penguasa pemerintah Kalimantan barat atas tanda-tanda kejadian banjir yang datang menimpa diwilayah kabupaten yang ada, Namun semua tidak juga mampu mengetuk logika aparatur pemerintah untuk menyusun rencana penanggulangan bencana, hal ini sungguh memprihatinkan kita sebagai warga Kalbar.

Persiapan pemvrop dan pemkab nampak tidak ada sama sekali menghadapi bencana bajir yang sewaktu-waktu terjadi akibat perubahan cuaca disebabkan perubahan iklim global, jika tidak siap tentu berakibat bencana kemanusiaan yang akan terjadi, kasihan korban bencana yang kehilangan nyawa dan harta benda, beberapa contoh hasil pantauan kami sebagai berikut:

1. Gudang Bulog, Seperti kita ketahui gudang beras tempat penyimpanan beras di tiap kabupaten banyak berada di dekat bibir sungai dan dataran rendah, jika terjadi banjir besar jelas beras-beras tersebut tidak berguna dan tidak layak lagi untuk dikonsumsi, seharusnya gudang beras di simpan di dataran tinggi sehingga kalau terjadi banjir besar tidak terkena dampak banjir dan dapat membantu korban banjir memenuhi pakannya.

2. Pemvrop dan pemkab tidak member petunjuk kepada warga kemana harus mengungsi jika terjadi banjir yang menimpa kabupaten yang berada di pesisir pantai, tentu kepanikkan dan kebingungan akan terjadi , hal ini yang akan menambah korban jiwa masyarakat yang tidak perlu, Jika wilayah pengunsian di persiapkan akan memudahkan pengawasan dan pemberian bantuan serta mempersiapkan fasilitas keadaaan darurat yang di perlukan. pemerintah dapat .

3. Tidak adanya simulasi dan penyadaran pada masyarakat yang mempunyai fasilitas perahu dan mobil yang berkapasitas besar dalam mendukung upaya-upaya bantuan pada masyarakat dalam kondisi banjir bandang.

4. Lambatnya koordinasi penanganan bencana antara pemerintah pemprov,pemkab dan petugas lapangan yang menangani bencana, hal ini dapat di buktikan dengan adanya banjir yang menimpa beberapa daerah Kalimantan barat penanganan begitu lama.

5. Belum tersosialisasinya pendidikan bencana alam di tiap kabupaten baik pada masyarakat maupun pendidikan formal (Pelajar) di tiap-tiap sekolah, Kesadaran akan bahaya bencana alam dan upaya penyelamatan tentu akan membentuk kesiapan mental masyarakat serta dapat membantu aksi-aksi kemanusiaan dari Kalimantan barat.

JIKALAU BISA.
“Sedia payung sebelum hujan” itulah ujar yang lazim di ucapkan orang tua dulu, nasehat yang benar bagi kita, persiapan menghadapi bencana yang akan terjadi lebih baik adanya, bukan berarti kita menghendaki bencana terjadi di Kalimantan barat terutama Indonesia yang kita cintai ini.
Pemprov dan pemkab sudah harus berbenah melakukan upaya mengatasi bencana alam dengan persiapan fisik bangunan unsur penting penangulangan bencana didaerah, persiapan pangan dan pendidikan penangulangan bencana alam pada masyarakat dan sekolah-sekolah yang ada di seluruh Kalimantan barat terutama seluruh wilayah Indonesia.

Mempersiapkan mental, moralitas dan imprastruktur penanggulangan bencana akan meminimalisir korban dan kerugian harta benda, Upaya pemulihan fsikologis korban akan mudah dan dapat mendorong emansipasi masyarakat membantu korban bencana secara sukarela, panggilan nurahani masyarakat tidak perlu lagi harus di himbau sebab masyarakat telah sadar akan adanya bencana alam serta upaya-upaya apa yang harus dilakukan.

Akhir kata saya mengetuk pintu hati dan logika penguasa untuk berbuat untuk rakyat .

Pontianak, 29 May 2010(12:56 AM)
Penulis

Firanda
Kontak Rakyat Borneo
Kalimantan Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar