Selamat Datang

Selamat Datang
Lumayan

Cari Blog Ini

Jumat, 12 November 2010

"Hermansyah Maman Dalam sebuah refleksi Femikiran."

Firanda Anda pada 31 Oktober 2010 jam 0:32

Wacana yang dilontarkan Bapak Hermansyah dalam sebuah tulisan difb telah mengundang tanggapan dari beberapa rekan(firanda anda, sunu suryawan, bungben Pontianak), yang kemudian menjadi topic menarik untuk di telisik sebagai bentuk memahami Filosofi, pemikiran mengenai kondisi rasionalitas hidup baik itu pola fikir, emosional dan situasional masyarakat sekarang,

Memahami pemikiran dari sebuah cetusan tulisan fb, kalau diuraikan maka akan terlihat nyata keadaan masyarakat kita sekarang, betapa banyak kerancuan dan tercerabutnya nilai serta norma dari keyakinan yang menjadi pondasi dasar sebuah manifestasi kemanusiaan, artinya manusia tidak boleh lepas dari nilai-nilai agama yang diyakini.
Keyakinan atas keterbatasan manusia bukanlah sebuah kelemahan tapi bentuk motivasi untuk terus berubah beserta Illah tadi, Alangkah indahnya hidup penuh kebijaksanaan menatap roda hidup manusia pada jalan yang ditunjuk oleh Illah, Semakin terang cahaya hidup manusia serta alam ini.

Maka akan saya tampilkan pembicaraan dalam fb yang saya bilang cukup menarik serta membuat saya memahami dan semakin memahami arti hidup dan kehidupan.
(Kata yang dilontarkan) Hermansyah Maman” sejenak menoleh kebelakang, cukup banyak kejadian dan fenomena alam yang sekiranya menyedihkan, mengerikan, menakutkan, bahkan tersirat menghantam dan membuyarkan kehidupan masa depan: Apakah manusia masih tetap meng-illah-kan rasionalitas dan akal pikiran semata, dimana religiositas kita dalam kehidupan ????? dan dimana seharunya kita menempatkan Tuhan dalam setiap detak jantung dan langkah kehidupan kita ???????”

(Komen Firanda Anda) “ dan inilah yang sy fikirkan...makasih bos”

(Komen Sunu Suryawan)” ini barangkali gak ye bang....Allah cume ngingatkan kite(dari segi religinye) bahwa "kehebatan" kite tak ade ape2nye.........tapi bise gak kejadian ini sebagai penyeimbangan alam”

(Komen Herman Nasir )“ Rasionalitas & materialitas tumbuh berkembang sésuai kemajuan zaaman,namun Religionitas masih sebatas RUTINITAS sehingga peradaban terlihat samar2. . . Lanjut pak mude !”

(Komen Bungben Pontianak)” rasionalitas, spiritual, dan sunatullah. Merapi, tsunami, hingga ke tragedi Padang Karbala. Tuhan, semesta dan manusia. Fisik, nyawa, akal dan budi. 4 Milyar tahun umur bumi manusia. tak ada yang sepi dari bencana. Sebuah perjalanan panjang yang tak mungkin terjadi tanpa software program yang maha canggih. Program ciptaan Yang Maha Jenius!”

(Menjawab Hermansyah Maman)” ‎@firinda: cogito ergo sum, artinya aku berpikir berarti aku ada. @Sunu: itulah bang kadang2 kite sering mendewa2kan kehebatan kita, padahal dari mane sesungguhnya kehebatan kite tu ye bang? @HN: luar biasa coi ente punye pandangan tu.. @Jumadi:ini dak berat bos, hanya kadang-kadang kite lupa diri ja bos dalam hidup ni. @Bungben: nah ini berarti dah menempatkan Tuhan dalam kedirian kita bung,”

(Menjawab Bungben Pontianak )“‎@HM: sepakat mas.Rasanya sulit menghadirkan Tuhan, dalam pengertian 'being' dalam diri kita. Cukup dengan memikirkan begitu rumitnya sel tubuh manusia (apa lagi alam semesta ini) saja sudah mampu membuat kita menjadi hampa. Saat hampa, Tuhan baru berkenan menyapa.”

(Menjawab Hermansyah Maman )‎@BP: “menghampakan diri dalam konteks sufi itu dikenal dengan konsep fanabillah dan kemudian berkekalan dalam menghadirkan tuhan dalam kehidupan kita biasa dikenal dengan Baqabillah. suatu tahap yang seharusnya dilakoni oleh kita,”

(Komen Bungben Pontianak )“‎@HM: mestinya hal kayak gini diajarin disekolah-sekolah, biar ga banyak orang yang sombong dan serakah. Mungkin dengan konsep fanabillah dan baqabillah itu lah,maka banyak ulama jaman dahulu yang kemudian mampu hidup dalam situasi yang bertolak belakang misalnya miskin tapi kreatif, atau miskin tapi pemurah, ga sekolah tapi pinter, ga punya kekuasaan tapi sangat berpengaruh, dsb (bandingkan dengan realitas sosial kita sekarang). Nah kebalikannya, jika tidak ada proses continous fanabillah dan continuous baqabillah maka manusia menjadi sombong. kesombongan mengakibatkan manusia semakin lemah. Kalau sudah lemah, jangankan Tuhan, manusia aja susah hadir. Saya sangat yakin Tuhan itu lebih cinta dengan orang-orang yang kuat, tegar dan rendah hati. Bencana-bencana yang ada merupakan salah satu cara untuk meruntuhkan kesombongan dan keserakahan umat manusia. Manusia enggan menhadirkan Nya, maka Ia menampakan diri Nya di sana, agar manusia eling. Subhanallah, kami berlindung dari kesombongan dan keserakahan.”

(Menjawab Hermansyah Maman”) ‎@BP: tantangan terberat dalam kehidupan kita diabad moderen ini adalah munculnya illah baru, seperti rasionalitas, kekuasaan, hedonism, materialism, kapitalisme dan isme-isme lainnya. lllah inilah yang pada dasarnya menggeser Allah sebagai Illah, dan memunculkan keangkuhan pada diri manusia. pada hal disadari atau tidak illah itulah yang menghadirkan berbagai bencana dalam kehidupan kita dwasa ini.”

(KomenBungben Pontianak )‎@HM: saya sepakat bahwa bencana adalah akibat dari kesmbongan manusia. Dalam sejarah manusia, bencana itu selalu datang dan pergi. Kewajiban kita selain ngumpulin bantuan buat bencana (hehe) yang terpenting adalah juga membiasakan manusiauntuk menerima bencana-bencana itu. Tentu banyak metodenya. Mengapa? karena hari ini banyak orang yang guncang hanya dengan bencana-bencana kecil. Ternyata keguncangan juga bisa terjadi tidak hanya ketika menghadapi bencana besar seperti merapi atau tsunami, dengan bencana kecilpun orang sudah bisa frustasi, misalnya takut miskin, takut ga punya jabatan dll. akhirnya orang menjadi pragmatis. kalao pragmatisme tak berakibat pada orang lain dan lingkungan ga masalah, tapi kemudian ia pasti membawa dampak buruk. Dalam konteks membiasakan diri dengan bencana, konsep Islam adalah yang terbaik. Saking ekstrimnya kadang bencana itu diciptakan, dengan perang misalnya, hahaa (lihat sejarah perang Aisiyah ra Vs Ustman bin Affan ra, atau Ali ra vs muawiyah atau Husein ra vs Yazid, sedih membacanya). Tapi orang yang bersahabat dengan bencana adalah orang yang tangguh, orang yang tangguh adalah orang yang berserah diri, orang yang berserah diri adalah orang yang tahu bahwa dirinya lemah dan Allah lah yang Maha Hebat. Tak heran jaman sahabat dan khulafaur rasyidin dianggap sebagai generasi teraik sepanjang masa. wallahualam.

(Menjawab Hermansyah Maman )‎@BP: nilai-nilai itulah yang sdah hilang, pada tataran normativ memang islam kaya akan konsep, tetapi persoalannya kemudian adalah bagaimana membumikan konsep tersebut sehingga biar lebih operasional, tidak jarang kita sebagai orang islam hanya terjebak dan terkungkung dalam sebuah konsep yang melangit tetapi tak memiliki kemampuan dalam membumikan konsep tersebut dalam tataran praktis. sesuatu yang ideal seakan diawang-awang, padahal idealitas yang tertuang dalam konsep agama itulah yang sangat mungkin dan pasti di manifestasikan dalam setiap langkah kehidupan. Bencana yang terjadi dewasa ini juga dapat dilihat dari sisi ketidakmampuan kita menterjemahkan nilai, konsep, paradigmatik islamic dalam tataran kehidupan yang empiri

Saya kutip pembicaraan diatas, inilah dekadensi kondisi masyarakat baik yang berpendidikan, kaum Agamawan dan masyarakat biasa, kesombongan yang melekat pada diri manusia ternyata menuju jurang kehancuran, kerusakkan sistim social, bernegara dan budi pekerti.

Bahwa kita tidak mengambil pelajaran dari kisah-kisah agama, bagaimana Iblis begitu sombong akan dirinya yang lebih sempurna, lebih pandai dan lebih awal hidup dari manusia bahkan mungkin iblispun terlalu sombong terhadap malaikat, tapi biarlah urusan iblis ini, kita bicara tentang manusia.kita.

Saya dengan ini mengucapkan banyak terima kasih atas komen dalam diskusi yang penuh berkah, berhikmah dan membawa dimensi yang lain atas keberadaan fb, Terutama pada bapak Hermansyah Maman yang membawa kita pada kesadaran berfikir. Inilah Kita manusia.

Pontianak, 10:50 PM. 30 Oktober 2010.
Firanda.

2 komentar:

  1. Menurut pemahaman sy yg dangkal,mungkin inilh yg dikatakan ilmu mengenal diri siapa diri kita yg sejati, kefanaan adalh diri kita yg zahir krn dr unsur yg kotor ia terkena sakit da mati akhirnya membusuk hancur dan menjadi debu,krn sifatnya maka ia mengandung bnyak kelemahan dan kefanaan tp beda dg diri kita yg sejati ia abadi,tidak terkena sakit dan mati,tdk haus dan mengantuk,ia abadi dan mulia ia merupakan zatNYA maha mulia,maha berkehendak,ia meliputi segalanya,ia maha kuasa tapi maha pengasih dan maha penyayang,yg zahir sifatnya menipu dan musnah

    BalasHapus
  2. Menurut pemahaman sy yg dangkal,mungkin inilh yg dikatakan ilmu mengenal diri siapa diri kita yg sejati, kefanaan adalh diri kita yg zahir krn dr unsur yg kotor ia terkena sakit da mati akhirnya membusuk hancur dan menjadi debu,krn sifatnya maka ia mengandung bnyak kelemahan dan kefanaan tp beda dg diri kita yg sejati ia abadi,tidak terkena sakit dan mati,tdk haus dan mengantuk,ia abadi dan mulia ia merupakan zatNYA maha mulia,maha berkehendak,ia meliputi segalanya,ia maha kuasa tapi maha pengasih dan maha penyayang,yg zahir sifatnya menipu dan musnah

    BalasHapus