Selamat Datang

Selamat Datang
Lumayan

Cari Blog Ini

Rabu, 05 Oktober 2011

Pola-Pola Para Koruptor.


Bahasa koruptor tentu bangsa ini sudah paham serta mengerti, sudah tidak asing lagi para penikmat berita di televise, mereka (koruptor) akan memenuhi halaman media cetak wajah-wajah bagaikan artis sinetron, menjadi pusat perhatian serta obrolan para pakar sampai ketukang sayur bahkan keruang dapur ibu-ibu rumah tangga.
Embrio para koruptor dinegeri ini telah lama menetasnya, namun baru sekarang terbongkar ke public, sehingga betapa kita terkejut melihat kenyataan kerugian Negara ratusan triliun mungkin billion, wajah negeri ini, sejak jaman penjajahan sampai zaman reformasi semakin membesar bahkan sel-sel koruptor sedemikian masib keakar bawah sistim pemerintahan hampir di semua lini instansi, mencenggangkan, luar biasa, dahsyat.
Koruptor jika dilihat maka akan tampak jelas bangunan reorganisasinya, rekrutannya, bahkan dengan kaca mata kuda sekalipun, Para koruptor sengaja atau tidak sengaja telah menemukan kawan, pola seiring sistim menegemen pemerintah. Dapat dikatakan ada 2 (dua) pola yang masih dan tetap ada yaitu pola vertical dan horizontal. Keadaan ini disesuaikan dengan kepentingan mereka.
Pola Horizontal biasa berada disistim Lembaga Negara, para koruptor biasanya merekrut bawahan atau atasan mereka dengan kenyataan-kenyataan uang yang telah ada di atas meja, metode sulap uang tersebut hanyalah cara, tentu bukan suatu persoalan, jaringan vertical ini bisa saja hanya di suatu lembaga, bisa juga banyak lembaga, bagaikan gurita, kewenangan yang ampuh telah diberikan undang-undang menjadikan mereka punya kuasa untuk menentukan boleh dan tidak, maka tidak heran para koruptor tidak akan putus-putus dinegeri ini, regenerasi terus berlangsung dari bawah menuju atas, kebanyakan mengisi jabatan-jabatan yang ada, kepentingan mereka adalah uang dan jabatan, tanpa menampikkan masih ada sedikit kecil mereka yang jujur.
Pola Vertikal , suatu bentuk setara, bersama, yang membentuk kelompok serta bersamaan kepentingan,tujuan namun tidak fleksibel, para koruptor menyatukan diri pada suatu kelompok dengan berbeda latar belakang serta kekuasaannya, biasanya terdiri dari mereka yang diluar pemerintahan seperti politisi, aparat hukum, pengusaha. Biasanya mereka bersamaan mengikatkan diri dalam satu kelompok kepentingan, kepentingan kelompok ini beragam sekali, diantaranya uang, bisnis, kekuasaan, Tapi jika mereka kehilangan kepentingan, atau urusan usai mereka membelah diri dengan membentuk kelompok baru  kembali dengan orang baru mengikut juga metode lama dan baru cara-cara korupsi,
Pemerintah sekarang hanya menghasilkan KPK yang melakukan pemberantasan korupsi kelas kakap, namun penjahat koruptor bukanlah perorangan namun telah menjadi koloni dengan berbagai bentuk serta rupa, banyangkan seorang pahlawan melawan ribuan penjahat yang mengerumi mereka baik secara nyata atau kasat nyata, tertindas juga mereka oleh kekuatan koruptor. Lihatlah KPK begitu terseok-seok dalam perjalanannya.
Mendengar seorang kawan mengatakan bahwa melawan korupsi harus ektrim, pilihan hanya dua cara saja, Revolusi terhadap negeri ini  atau pembunuhan masal para koruptor di depan meja pesakitan untuk menyelamatkan nyawa 200 juta masyarakat Indonesia yang tertindas, Pilihan melawan korupsi hanya metode dan cara, tapi semuanya hanya pilihan setiap indipidu serta kelompok masyarakat beragam sudut pandang.

Ketapang, 24 September 2011.

Firanda.